Rabu, 18 Maret 2015

Villa Isola, sebuah kisah tragis dibalik kemegahan



     Ada yang familiar dengan gedung ini? untuk yang rumahnya ada di sekitar daerah Ledeng/ Setiabudi Bandung atau yang sedang atau juga pernah berkuliah di Insitut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) atau sekarang lebih di kenal dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pasti sangat familiar dengan bangunan ini, apalagi dengan taman parterenya...dan juga noni belanda di bangku ke empatnya...uuupps..hehehe. 

     Tapi untuk sejarah gedung ini sendiri apa semua sudah tahu? yuk kita simak sedikit cerita banguna villa yang begitu megah (dimasanya) ini.  

Tampak Depan
    
   Villa Isola adalah bangunan villa yang terletak di kawasan pinggiran utara Bandung. Berlokasi pada tanah tinggi, di sisi kiri jalan menuju Lembang (Jln. Setiabudhi), Villa Isola adalah salah satu bangunan bergayaArsitektur bergaya Art Deco yang banyak dijumpai di Bandung. Villa Isola dibangun pada tahun 1933 (apakah bersamaan dengan lahirnya Persib bandung?), milik seorang hartawan Belanda bernama Dominique Williem Barretty seorang “raja koran” keturunan indo Jawa-Belanda, yang sangat kaya-raya. Kehidupannya konon sangat mewah dan glamour pada masanya Pembangunan vila ini pun dilakukan pada masa krisis global, namun Tuan Berretty sanggup mengeluarkan uang guldennya yang sangat mahal (sekitar 250 milyar rupiah hari ini) untuk membayar seorang arsitek terkemuka saat itu yaitu Charles Prosper Wolff Schoemaker. Kemudian bangunan mewah yang dijadikan rumah tinggal ini dijual dan menjadi bagian dari Hotel Savoy Homman. Perkembangan selanjutnya, ia dijadikan Gedung IKIP (sekarang UPI) dan digunakan sebagai kantor rektorat UPI.


vila isola tampak belakang
Tampak Belakang

          Gedung ini berarsitektur modern dengan memasukkan konsep tradisional dengan filsafat arsitektur Jawa bersumbu kosmik utara-selatan seperti halnya Gedung Utama ITB dan Gedung Sate. Orientasi kosmik ini diperkuat dengan taman memanjang di depan gedung ini yang tegak lurus dengan sumbu melintang bangunan kearang Gunung tangkuban Prahu. Bangunan berlantai tiga, dengan lantai terbawah lebih rendah dari permukaan jalan raya, disebabkan karena topografinya tidak rata. Ranah sekeliling luas terbuka, dibuat taman yang berteras-teras melengkung mengikuti permukaan tanahnya. Sudut bangunan melengkung-lengkung membentuk seperempat lingkaran. Secara keseluruhan bangunan dan taman bagaikan air bergelombang yang timbul karena benda jatuh dari atasnya, sehingga gedung ini merupakan penyesuaian arsitektural antara bangunan terhadap lingkungan.





      Sedikit Intermezo, ada suatu publikasi khusus pada masa Hindia Belanda untuk villa ini yang ditulis oleh Ir. W. Leimei, seorang Arsitek dari negri Belanda. Dalam publikasi ini, Leimei mengatakan bahwa di batavia ketika urbanisasi mulai terjadi, banyak orang mendirikan villa di pinggiran kota dengan gaya arsitektur klasik tetapi selalu beradaptasi baik dengan alam dan ventilasi, jendela dan gang-gang yang berfungsi sebagai isolasi panas matahari. Hal ini juga dianut oleh Villa Isola di Bandung. Pada masa pendudukan Jepang, Gedung ini sempat digunakan sebagai kediaman sementara Jendral Hitoshi Imamura saat menjelang Perjanjian Kalijati dengan Pemerintah terakhir Hindia Belanda di Kalijati, Subang, Maret 1942. 

       Bagian villa yang menghadap utara dan selatan digunakan untuk ruang tidur, ruang keluarga, dan ruang makan; masing-masing dilengkapi jendela dan pintu berkaca lebar, sehingga penghuni dapat menikmati pemandangan indah di sekitarnya. Pemandangan indah ini juga dapat diamati dari teras yang memanfaatkan atap datar dari beton bertulang di atas lantai tiga. Pada taman belakang terdapat kolam dengan pergola untuk bunga anggrek, mawar dan dilengkapi dengan lapangan tenis. Di depan sebelah utara jauh terpisah dari bangunan utama ditempatkan unit pelayanan terdiri dari garasi untuk beberapa mobil, rumah sopir, pelayan, gudang dan lain-lain.

Suasana di dalam Villa

      Pintu gerbang masuk ke komplek villa ini terbuat dari batu yang dikombinasikan dengan besi membentuk bidang horisontal dan vertikal. Setelah melalui gapura dan jalan aspal yang cukup lebar, terdapat pintu masuk utama yang dilindungi dari panas dan hujan dengan portal datar dari betonbertulang. Mengikuti lengkungan-lengkungan pada dinding, denah portal juga melengkung berupa bagian dari lingkaran pada sisi kanannya. Ujung perpotongan kedua lengkungan disangga oleh kolom tunggal yang mirip dengan bagian rumah Toraja (tongkonan). Setelah melalui pintu utama terdapat Vestibulae sebagaimana rumah-rumah di Eropa umumnya. 

      Namun dibalik kehebatan dan megahnya vila ini, siapa yang menyangka jika Berretty ini punya kehidupan yang kacau balau? Sejak vila ini berdiri, Berretty tidak sempat menikmati lama tinggal di vila yang berlokasi di Jl. Setiabudi ini. Kehidupan mewahnya membawa ia hidup dengan banyak intrik dengan pemerintahan Hindia Belanda. Berretty memang dikenal memiliki kedekatan dengan pemerintah Hindia Belanda hingga korannya pun disinyalir sering menjadi corong pemerintah Belanda. Namun ia pun memiliki kedekatan khusus dengan pemerintah Jepang, yang kemudian membuat geram pemerintah Belanda. Kehidupan yang penuh intrik ini membuat Berretty sering menyendiri dan enggan bertemu banyak orang. Tidak heran jika Villa Isola yang tenang dan damai ini dijadikan semacam tempat untuk berdiam diri oleh Berretty. Di bagian dalam vila tertulis “M’ Isolo E Vivo” yang artinya kurang lebih: menyendiri untuk bertahan hidup

    Keadaan tersebut di perparah dengan gaya hidup Berretty yang sering berganti-ganti isteri, dia sempat membuat seorang gubernur jendral marah, karena yang dinikahinya adalah anak wanitanya. Segala polemik dan intrik Berretty berujung pada akhir hidupnya yang tragis. Saat Berretty berada di Belanda, istrinya mengundang Berretty untuk pulang libur natal ke Indonesia, sayangnya dalam perjalanan dari Belanda ke Indonesia, pesawat yang ditumpanginya jatuh di perbatasan Suriah. Menurut laporan resmi, pesawat tersebut jatuh karena tersambar petir, namun menurut info lain mengatakan jika pesawat tersebut jatuh karena ditembak oleh tentara Inggris. Info lain tadi menyebutkan bahwa kedekatan Berretty dengan pemerintah Jepang cukup membuat kerajaan Belanda dan Inggris menganggap orang ini berbahaya dan menjadi ancaman. Namun akhir dari kebenaran kisah jatuhnya pesawat yang ditumpangi Berretty hingga kini tidak pernah terungkap.


sang pemilik Villa Dominique Williem Barretty






Sumber :
http://geospotter.org/952/villa-isola-bandung-sebuah-kisah-tragis
http://id.wikipedia.org/wiki/Villa_Isola

sumber Foto foto  :
 http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=1580302
http://movingcities.org/movingmemos/tropical-modernity-review-oct11/
http://commons.wikimedia.org/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Villa_Isola_aan_de_Lembangweg_bij_Bandoeng_TMnr_60026636.jpg
google.com

4 komentar:

  1. nineung ku ngeplakna pasawahan jaman harita

    BalasHapus
  2. Pak polisi tolong ditangkap..

    Ninu..ninu..ninu..

    BalasHapus
  3. Kenangan manis selama.empat tahun belajar disini dgn segala keceriaan dunia mahasiswa,kangen...

    BalasHapus

Balai Kota Bandung, Kisah sebuah Gudang Kopi

Balaikota Bandung... Sebuah gedung yang bernuansakan Putih, yang berada di Jalan Wastukancana. Gedung yang juga diapit oleh Jalan Ace...