Pada tanggal 27 Juni 1893, Raden Adipati Aria
Martanagara seorang Patih yang bertugas di Afdeling Sukapura Kolot
diangkat menjadi Bupati Bandung yang kesepuluh. Beliau ditugaskan untuk menggantikan Bupati Bandung kesembilan, Raden Adipati
Kusumadilaga, yang wafat dua bulan sebelumnya.
Pengangkatan ini ternyata menimbulkan masalah, karena RAA Martanagara bukanlah
seorang berdarah Bandung. Selain itu, Patih Bandung, Raden Rangga
Somanagara yang sudah bertugas menggantikan pekerjaan bupati
sehari-hari juga merasa kecewa dan marah karena beranggapan telah
terjadi penyerobotan hak dalam meneruskan kepemimpinan di Kabupaten
Bandung. Raden Rangga Somanagara adalah menantu Bupati Bandung
Wiranatakusuma IV atau Dalem Bintang.
Beliau merasa seharusnya dialah yang menggantikan
Kusumadilaga sebagai Bupati Bandung. Kekecewaan beliau membuat kalap. Raden Rangga Somanagara dibantu beberapa kroninya melakukan beberapa percobaan
pembunuhan, baik terhadap bupati yang baru maupun pejabat-pejabat
Belanda di Bandung.
Upaya pembunuhan para pejabat dengan peledakan menggunakan dinamit ini berhasil
digagalkan oleh polisi Hindia Belanda saat itu. Para perusuh langsung
dibuang ke beberapa daerah di luar Pulau Jawa. Tetapi Martanagara tidak
lantas merasa tenang karena pembuangan ini. Ia menyiapkan pasukan
Sumedang di daerah Soreang. Pergaulan dengan kalangan menak
Bandung dipererat dengan mendirikan Parukunan di depan Pendopo
Kabupaten. Secara rutin Martanagara mengadakan kegiatan hiburan di
Parukunan dan mengundang segenap menak Bandung untuk hadir. Dengan begitu, Martanagara mendekatkan dirinya kepada kalangan menak Bandung. Martanagara segera menunjukkan kemampuan dan pengabdiannya sebagai
bupati dengan melaksanakan banyak pekerjaan dalam mengembangkan
Kabupaten Bandung.
Sumber foto :
https://mooibandoeng.wordpress.com/2013/12/17/catatan-ci-kapayang-10-11-13/
sumber :
https://mooibandoeng.wordpress.com/2013/12/17/catatan-ci-kapayang-10-11-13/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar