Rabu, 25 Maret 2015

asal muasal gang saritem


     Hampir setiap orang yang tinggal di Bandung dipastikan mengenal Saritem. Terlepas dari segala bentuk kontroversinya selama ini, kawasan tersebut sebetulnya punya nilai sejarah yang kuat. Bahkan masih banyak orang yang belum mengetahui asal-usulnya secara jelas karena terlalu melihat persoalannya dari sisi moral semata. Resminya kawasan ini sudah ditutup sejak empat tahun lalu. Namun kabarnya masih bisa dijumpai denyut kehidupan lokalisasi yang namanya sudah terkenal bahkan sebelum Negara Indonesia berdiri. Dengan membuka sedikit lembaran kisah mengenai kawasan ini, kita mungkin bisa mengenal sejarahnya.

     Konon, asal muasal nama Saritem diambil dari seorang perempuan Sunda yang berprofesi sebagai penjual jamu keliling dan akhirnya dijadikan istri simpanan oleh seorang warga Belanda. Mengingat banyaknya serdadu atau warga Belanda yang bermukim dan membutuhkan sarana pelampiasan birahi, suaminya mengusulkan supaya mengajak teman-teman simpanannya untuk menyediakan layanan tersebut. Kira-kira pada tahun 1906, kawasan ini dikenal sebagai pusat lokalisasi bagi para tentara Belanda. Lalu tahun demi tahun, berkembanglah lokalisasi ini di kawasan kota Bandung.

     Tapi ada versi lain yang menyebutkan asal lokalisasi ini. Konon, nama Saritem diambil dari seorang perempuan hitam manis yang cantik dan bernama Nyonya Sari. Meskipun ada perbedaan asal-usulnya, secara umum namanya memang berasal dari seorang perempuan. Entah benar atau tidak, faktanya kawasan ini sudah berdiri jauh sebelum proklamasi kemerdekaan RI dan terus tumbuh berkembang antar generasi hingga saat ini. Wajar jika lokalisasi di pusat kota Bandung ini merupakan yang terbesar di Jawa Barat.

     Salah satu calo pekerja seks komersial (PSK) Saritem yang juga sebagai warga di kawasan tersebut yang berhasil ditemu bertutur. Sepengetahuannya, area prostitusi di Saritem sudah dibuka sejak 1942. "Wah, sudah lama sekali, sejak saya belum lahir juga sudah mulai dibuka," kata Ece. Konon, kata Ece, Saritem dijadikan lokalisasi bagi para serdadu Jepang. Para PSK kala itu berjejer, dipajang dengan menggunakan kebaya di setiap rumah. Kebanyakan PSK tersebut didatangkan dari desa-desa dengan cara ditipu atau dipaksa, meski ada pula yang menawarkan diri secara terang-terangan. "Saritem dulu menjadi suguhan untuk kolonial Jepang, kemungkinan orang Jepang sendiri yang mendirikan dan mengolanya," kata Ece.

 sumber : 
http://forum.detik.com/saritem-sejak-jaman-jepang-t570520.html
http://www.kamusbahasasunda.com/saritem-sebuah-warisan-sejarah-dari-masa-kolonial/
dari berbagai sumber







3 komentar:

Balai Kota Bandung, Kisah sebuah Gudang Kopi

Balaikota Bandung... Sebuah gedung yang bernuansakan Putih, yang berada di Jalan Wastukancana. Gedung yang juga diapit oleh Jalan Ace...